"Warga Sebut Ada Suap Kepada Oknum Aparat, Pengusaha Bisnis Tak Berizin Pun Bebas Meraup Keuntungan" RIAUWICARA.COM|KAMPAR - Bermu...
"Warga Sebut Ada Suap Kepada Oknum Aparat, Pengusaha Bisnis Tak Berizin Pun Bebas Meraup Keuntungan"
Ada puluhan bahkan mungkin ratusan dump truck di setiap hari membawa keluar hasil kekayaan alam berupa kerikil dan pasir yang di tambang dari sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) yakni Sungai Kampar.
Dari rilis yang diterima redaksi media, pada hari Rabu (7/2/24) Tim gabungan pegiat pemerhati lingkungan hidup mencoba menelusuri kebenaran atas curahan hati ( informasi ) dari beberapa masyarakat sekitar penambangan.
Setibanya di Desa Kualu sekitaran pukul jam 1 ( satu ) waktu Indonesia bagian barat, secara mengejutkan Tim melihat langsung di lokasi tujuan ada berupa aktivitas yang terkesan liar ( ilegal ) seperti yang di informasi kan ke box redaksi kami, dan juga ada beberapa dump truck yang tengah berjalan beriringan menuju ke arah jalan lintas Kubang Raya tepatnya lebih di kenal dengan sebutan simpang kualu.
"Tim melihat ada truk-truk beriringan yang begitu panjang lebih kurang berjumlah 10 unit dump truck, beruntung salah satu crew ( anggota ) sempat mengabadikan ke dalam rekaman video," ucap ketua Tim.
Dalam rekaman video memang jelas tampak kendaraan angkutan bermuatan pasir maupun kerikil beriringan, selain berdampak buruk terhadap lingkungan, hal ini tentu sangat besar dampak buruknya terhadap infrastruktur jalan dan juga dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya yang berdomisili di desa tersebut.
"Jalan itu belum lama ini sempat diblokir warga yang menolak truk-truk melewati kampung mereka sebab telah merusak dan menghancurkan aspal jalan sehingga mengganggu kenyamanan, dari informasi yang kami rangkum bahwa pada tahun 2023 lalu jalan tersebut dibiayai negara untuk perbaikannya," ungkap Ketua Tim Gabungan Pegiat Pemerhati Lingkungan ini.
Tim terus bergerak lanjut menuju ke lokasi-lokasi tambang (quarry) lainnya, hingga tiba di salah satu lokasi usaha penambangan yang disinyalir diduga milik oknum Kader dari Partai Politik tersohor di Negara ini dan juga turut serta dalam pileg pada Pemilu tahun 2024 ini.
"Dari beberapa sumber kami rangkum tempat itu diduga milik oknum caleg, coba saja bayangkan usaha yang dikelola olehnya tak memiliki izin. Lalu maju mencalonkan diri sebagai anggota DPRD nantinya, dan ditempat ini kami melihat ada seorang oknum aparat mengenakan atribut (baju kaos dan celana PDH sebuah institusi) tidak diketahui kepentingannya apa disana," papar Agus selaku ketua Tim.
Lanjutnya, amat disayangkan bila ada sosok calon wakil rakyat yang mana sebelum menjadi pejabat saja sudah menggeluti bisnis ilegal dengan merampas kekayaan alam tanpa izin.
Setelah meninggalkan lokasi pertama, Tim menyinggahi quarry lain yang letaknya berjauhan dari tempat sebelumnya. Ditempat ini dari seorang pekerja Tim menggali informasi tentang siapa pemilik usaha tersebut.
"Quarry itu milik pengusaha bernama Rido dari pengakuan pekerja disana, mereka pun baru memulai kembali kegiatan penambangan. Dikarenakan lokasi ini sempat terendam banjir hampir mencapai 1 meter diatas permukaan tanah saat curah hujan yang cukup tinggi baru-baru ini," terang Ardi yang juga personil Tim pegiat lingkungan hidup itu.
Dengan tidak membuang waktu lebih lama, Tim lalu bergegas mencari keterangan di tempat lain. Dari kejauhan Tim melihat ada 1 ( satu ) unit dump truck hendak berbelok kearah kiri memasuki sebuah jalan tanah yang merupakan akses masuk menuju lokasi quarry.
"Di lokasi ini kami tidak diizinkan masuk karena akses jalan di portal dan ada warga yang bertugas membuka dan menutup bila ada truk yang hendak keluar masuk," ujar Agus.
"Ini quarry milik Isap, pengusaha disini tidak perlu izin-izin lain pak, yang kami perlukan hanya izin tokoh masyarakat dan ninik mamak. Bahkan pengusaha disini juga memberikan jatah untuk aparat hukum (seraya menyebutkan nama institusi penegak hukum)," tambahnya sambil menirukan ucapan seorang warga yang berjaga disana.
Aktivitas ini diperkirakan telah berlangsung sejak belasan tahun lalu tanpa pernah mampu dibasmi oleh aparat penegak hukum (APH). Bagi sejumlah kalangan kerap muncul dugaan adanya konspirasi pelaku usaha serta kelompok tertentu dengan oknum berseragam demi mencapai kelancaran bisnis mereka.
Agus melanjutkan, mendengar lisan yang dilontarkan oleh pemuda itu, sangat mengagetkan pihaknya. Wajar saja selalu luput dari penangkapan saat dirazia. Jika benar ada oknum-oknum yang bermufakat jahat tentu jelas rencana razia dapat dipastikan akan selalu mengalami kebocoran sebelum dilaksanakan atau razia hanya sebatas formalitas saja.
"Miris sekali bukan!!! Oknum APH ( Aparat Penegak Hukum ) yang terkesan menuntun masyarakat sekitar agar berbuat pelanggaran dan juga terkesan menutup mata terkait aktivitas penambangan ilegal yang semakin hari semakin merajalela," tegas Agus Ketua Tim Pegiat Lingkungan dengan wajah yang sangat kecewa.
"Disini seharusnya pemerintah ( dinas yang terkait ), Aparat Penegak Hukum ( APH ) seharusnya membongkar atau memproses aktivitas ilegal ini secara terang benderang lalu menangkap pelaku perusak lingkungan hidup bukan malah menutupi kemudian mencari celah demi mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok," tutup Agus diakhir keterangan persnya.(***/red)


COMMENTS